Muhammad Rizal
14210800
3ea16
Berpikir/bernalar
sebagai proses bahasa
Berbahasa
memerlukan kegiatan berpikir. Sebelum berbahasa kita pasti berpikir karenanya tak
salah jika mengatakan bahwa berbahasa identik dengan berfikir. Bernalar adalah
proses berfikir sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan baik
bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berfikir
lurus, efisien, tepat dan teratur. Bernalar dimaksudkan untuk menghindari
kesalahan dalam segala aktivitas (berfikir ataupun bertindak) manusia
mendasarkan diri pada prinsip bernalar. Bernalar mengarah pada berfikir benar,
lepas dari berbagai prasangka dan emosi dan keyakinan seseorang, karena
bernalar mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani. Semua tadi
merupakan sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi. Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
* Metode
dalam menalar
• Metode
induktif
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
• Metode
deduktif
Metode
berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus. Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya
perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari
media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi
sosial dan penanda status sosial.
• Konsep dan
simbol dalam penalaran
Penalaran
juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran
berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah
abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan
adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol
berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah
aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa
pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan
terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau
dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi
merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
• Syarat-syarat
kebenaran dalam penalaran
Jika
seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam
menalar dapat dipenuhi.
- Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
- Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
• Silogisme Sebagai Bentuk Hasil Penalaran Deduktif
Silogisme
merupakan suatu proses penarikan kesimpulan yang didasarkan atas
pernyataan-pernyataan (proposisi yang kemudian disebut dengan premis) sebagai
anteseden (pengetahuan yang sudah dipahami) hingga akhirnya membentuk suatu
kesimpulan (keputusan baru) sebagai konklusi atau konsekuensi logis. Keputusan
baru tersebut selalu berkaitan dengan proporsi yang digunakan sebagai dasar
atau dikemukakan sebelumnya. Oleh karena hal tersebut, perlu dipahami hal-hal
teknis berkaitan dengan silogisme sehingga penalaran kitabenar dan dapat
dierima nalar.
Sehubungan
dengan hal tersebut perlu diperhatikan konsep-konsep berikut ini :
1. Pernyataan pertama dalam silogisme disebut premis mayor, sedangkan
pernyataan kedua disebut premis minor.
2. Dalam silogisme hanya terdapat tiga term (batasan), yaitu term satu yaitu
predikat dalam premis mayor, term dua yaitu predikat dalam premis minor dan
term tiga yaitu term yang menghubungkan antara premis mayor dan premis minor.
3. Dalam silogisme hanya ada tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor,
dan kesimpulan.
4. Bila keduapermis negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
5. Bila salah satunya premis negatif, tidak dapat ditarik kesimpulan yang
sahih.
6. Bila salah satu premis partikular, kesimpulan tidak sahih.
7. Kedua premis tidak boleh partikular.
• Macam-macam silogisme
Silogisme
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,
dan silogisme alternatif. Namun, bisa juga dibedakanmenjadi dua yang lain yakni
silogisme kategorial dan silogisme tersusun.
1. Silogisme kategorial
Silogisme
kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan kategoris.
Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor,
sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
2. Silogisme tersusun
Dalam
praktik kehidupan sehari-haribentuk dliogisme diatas (kategorial) sering tidak
diikuti sebagai mestinya, melainkan diambil jalan pintas demi lancar dan
cepatnya komunikasi antarpihak. Berikut ini bentuk-bentuk yang dimaksud, yang
sebenarnya merupakan perluasan atau penyingkatan silogisme kategorial.
Silogisme ini dapat dibedakan dalam tiga golongan yakni epikherema, entimem,
dan sorites.
· Epikherema
Merupakan jabaran dari silogisme
kategorial yang diperluas dengan jalan memperluas salah satu premisnya atau
keduannya. Cara yang biasa digunakan adalah dengan menambah keterangan
sebab:penjelasan sebab terjadinya, keterangan waktu, maupun pembuktian
keberadaannya.
Perhatikan contoh berikut :
Semua pahlawan bersifat mulia sebab
mereka selalu memperjuangkan hak milik bersama dan menomorduakan kepentingan
pribadinya.
Semua orang nasionalis adalah
pejuang sebab mereka senantiasa bekerjatanpa kehendak serta tidak menghalalkan
segara cara.
Dari kedua contoh diatas terlihat
ada bagian (premis) tertentu yang diperluas dengan menambahkan keterangan,
alasan, bukti, dan penjelasan pelengkap premis mayor. Pola silogistisnya tetap
hanya saja jumlah keterangan atau atribut yang memperkuat tak terbatas, asalkan
memperkuat, mempertegas, dan memperjelas premisnya.
· Entimem
Merupakan bentuk singkat silogisme
dengan jalan mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis
mayor. pertama C=B karena C=A dan kedua karena C=A, berarti C=B. Bentuk
penalaran ini bisa dikembangkan dalam format yang lebih detil bagian perbagian
yang akan memperbanyakgagasan dan konsep. Hubungan logis memegang peran utama
dalam penalaran tipe ini. Pada umumnya entimem dimulai dari kesimpulan, hanya
saja ada alternatif mengemukakan sebab untuk sampai kepada kesimpulan.
Contoh :
Ø Joko memang siswa yang baik masa depannya sebab ia
bersekolah di SMA Teratai Merah.
Ø Orang itu pasti jagoan. Bukankah ia berasal dari
Shanghai.
Ø Teman sebangku amat pintar. Ia memang dilahirkan dalam
shio macan.
Bila kita
cermati, ketiga contoh tersebut dapat dilacak rangkaian silogismenya. Setelah
mengembalikan rangkaian silogismenya, kita melihat validitas-validitas premis,
terutama premis mayor sebagai dasar bernalar, serta akurasi premis minornya,
untuk menarik kesimpulan.
· Sorites
Silogisme ini sangat cocok untuk
bentuk-bentuk tulisan atau pembicaraan bernuansa persuasif. Silogisme ini
didukung oleh lebih dari tiga premis, bergantung pada topik yang dikemukakan
serta arah pembiasan yang dihubung-hubungkan demikian rupa sehingga
predikatpremis pertama menjadi sunjek premis kedua, predikat premis kedua
menjadi subjek premis ketiga, predikat premis kedua menjadi subjek premis
keempat, dan seterusnya, hingga akhirnya sampailah pada kesimpulan yang diambil
dari subjek premis pertama dan predikat premis terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar